KAJIAN PENAMBANGAN
BAHAN GALIAN GOLONGAN C (BATU ANDESIT)
1.
USAHA PELESTARIAN LINGKungAN
Usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat akan kecintaan dan kepedulian
terhadap lingkungan telah dan terus berkelanjutan serta berkesinambungan.
Dukungan dari berbagai pihakpun seperti lembaga atau insntasi pemerintah atau
swasta, formal/informal, individu dan bahkan dunia terus dilancarkan.
Seruan/ajakan yang sedang gencar terjadi tak henti-hentinya mengingatkan dan
mengajak kita semua baik itu datang melalui media elektronik, media cetak, dan
slogan untuk berpartisipasi aktif/progresif dalam mencintai dan melestarikan
lingkungan hidup. Terbukti semakin banyaknya suatu wadah, LSM, organisasi/lembaga
pecinta lingkungan / alam yang secara terus menerus mengembangkan,
mengkampanyekan dan menumbuhkembangkan kesadaran kita betapa pentingnya
alam/lingkungan bagi kelangsungan hidup umat manusia, berikut kegiatan, selogan
atau wadah yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita, seperti :
1. SAVE OUR NATION
AND PLANET;
2. DJARUM
FOUNDATION;
3. GO GREEN
INDONESIA;
4. GERAKAN
MENANAM SEJUTA POHON;
5. SATU RUMAH
SATU POHON;
6. Komunitas
Peduli Lingkungan Perum Panorama Jatinangor “(KPLPJS)”
7. The
organized or voluntary enviromental movement (gerakan lingkungan yang terorganisir
atau gerakan yang sukarela)
8. Enviromental
Devense Fund,
9. The
Institusional Enviromental Movement (gerakan lingkungan terlembaga )
10. EPA -
Enviromental Protection Agency Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
11. Dinas Pertamanan
Nasional ( National Park Service)
12. di Indonesia
adalah Kantor Meneg KLH,
13. DEPHUT.
14. Green Peace
atau di Indonesia ada WALHI
15. Jaringan
Pelestarian Hutan “SKEPHI”.
16. Komponen
kedua, The public enviromental movement (gerakan lingkungan publik )
17. PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP masuk dalam kurikulum sekolah
18. Mahasiswa
Pecinta Alam (MAPALA),
19. AKAR
(Aliansi Konservasi Alam Rakyat), dll
Sebuah peringatan kepada
kemanusiaan yang diterbitkan oleh 1.575 ilmuwan dari enam puluh sembilan negara
yan mengikuti Konverensi Rio tahun 1992 perlu kita ketahui sebagai sebuah awal
penyadaran untuk lingkungan hidup ini. “Peringatan ” berisi bahwa umat manusia dan alam berada
pada arah yang bertabrakan. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada
lingkungan dan sumber daya yang sangat penting yang seringkali tidak dapat di
pulihkan. Jika tidak dikaji, banyak dari kegiatan kita sekarang yang ini menempatkan
masa depan pada keadaan yang sangat beresiko, sehingga kita menghadapi realitas
masyarakat manusia dan alam tumbuhan dan hewan dan mungkin juga dunia tempat
kita hidup ini berubah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat lagi mendukung
kehidupan menurut cara yang kita kenal. Perubahan fundamental adalah urgen jika
kita ingin menghindarkan benturan dalam arah perjalanan kita yang sekarang ini
terjadi. (”World scientist Warning to Humanity“),
Perubahan paradigma dalam
tubuh pencinta alam bukan sebuah kemustahilan untuk berubah dan seimbang dengan
kegiatan kegiatan alam terbuka yang biasa di gelutinya. Tidak menutup
kemungkinan sebuah gerakan radikal untuk masalah kesadaran lingkungan terwujud
dalam satu koridor gerakan lingkungan karena masalah lingkungan adalah masalah
bersama yang membutuhkan kerjasama dari setiap stake holder pelaku, pemerhati
dan aktivis yang bergerak atas nama lingkungan. Kekayaan negeri yang mestinya
cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh bangsa, kini hancur oleh tangan-tangan
yang rakus dan serakah terhadap alam. Hutan-hutan dirambah habis oleh mesin
pemotong kayu milik para “cukong”. Perut bumi dikeruk, penambangan liar terjadi
dan dijual kepada para pemodal asing. Hasilnya bukan untuk rakyat, tetapi untuk
memperkaya dirinya sendiri dan golongannya. Penambangan galian C memang relatif
mengalami kerusakan lingkungan ekologis yang cukup signifikan.
2. Penambangan Rusak
Perumahan dan Kawasan
Gunung Geulis
Lingkungan
hidup di kawasan Gunung Geulis di wilayah Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat, kini semakin memprihatinkan. Tak mengherankan jika
Yayasan AKAR (Aliansi Konservasi Alam Rakyat) memprakarsai penanaman 5000
batang pohon. Prakarsa Yayasan AKAR ini mendapat dukungan dari Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah
dan Huliman Abdul Gofur, Anggota
Fraksi Partai Golkar DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat) Kabupaten Sumedang, Minggu
(9/11). Penanaman 5000 pohon tersebut dipimpin Taufiq Gunawansyah yang
dipusatkan di kawasan hutan Gunung Geulis Blok Cinanjung di Desa Cinanjung dan
Desa Jatiroke, Kecamatan Tanjungsari. Kegiatan tersebut dihadiri H Eka Setiawan, Kepala Dinas Kehutanan,
Sumber Daya Mnineral dan Energi (Dishut SDME), pejabat Perhutani KPH Sumedang,
Asper Manglayang Timur, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Tanjungsari dan
didukung 500 warga Perumahan Panorama serta Karang Taruna Desa Cinanjung dan
Bandung Karate Club (BKC). Wakil Bupati Taufiq Gunawansyah menyebutkan, latar
belakang dilaksanakannya kegiatan penanaman 5000 pohon tadi, karena keprihatinan
warga atas kerusakan kawasan hutan di sekitar Gunung Geulis.
"Padahal Gunung Geulis ini merupakan salah satu daerah resapan
air untuk kawasan di KecamatanTanjungsari, Jatinangor dan Cimanggung, yang
tentunya perlu dipelihara dan dilestarikan," katanya. Menurut dia, guna mengatasi masalah
kerusakan lingkungan disana diperlukan adanya kebersamaan dari berbagai pihak
untuk berupaya memelihara dan melestarikan Gunung Geulis. Acara penanaman yang
dimulai pukul 09.00 diawali oleh Wabup Taufiq Gunawansyah, Huliman Abdul Gofur,
dan segenap warga Perumahan Panorama. Sementara itu, Huliman yang juga warga
Perumahan Panorama, menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan disana selain
disebabkan faktor alam, juga karena di sekitar kaki Gunung Geulis terus
dilakukan penambangan Galian C. Bahkan, lanjut Huliman Abdul Gofur saat ini banyak dibangun perumahan-perumahan
yang terus menembus ke kawasan Gunung Geulis. "Disinilah
penjagaan dan pelestarian Gunung Geulis perlu mendapat perhatian serius dari
pihak-pihak terkait termasuk segenap unsur masyarakat,"
tandasnya.
Sebagai komitmen dan
bukti kepedulian pada lingkungan, LSM Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan
Tatar Sunda (DPKLTS), Aozora, dan
Aliansi Konservasi Alam Rakyat (AKAR) bekerja sama dengan Dai Nippon
Printing Co. Ltd melaksanakan Gerakan Tanam 10.000 Pohon yang
puncak acaranya bertempat di Gunung Geulis Desa Cinanjung Kecamatan
Tanjungsari, Minggu (26/12). Kegiatan yang bertemakan “Gunung
Geulis Go Green to Save Our Planet” tersebut
dihadiri oleh Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah yang didampingi Kepala
Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sumedang. Selain itu, hadir pula Atase Kedutaan Besar Jepang Divisi
Kehutanan, perwakilan dari Perguruan
Tinggi se-Jatinangor, Muspika Tanjungsari, serta tokoh masyarakat baik dari
unsur akademik, keagamaan, seni budaya, dan olah raga.
Sesepuh
DPKLTS Letjen Purn. Solihin GP dalam sambutannya berharap semoga
berkumpulnya seluruh komponen masyarakat pada kegiatan penanaman pohon ini
dapat memberikan manfaat sebagai bentuk amal nyata demi Gunung Geulis yang kondisinya sangat kritis.
Menurutnya, walaupun sudah beberapa kali dilakukan usaha menghijaukan kembali
Gunung Geulis, namun hasilnya selalu tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Masalahnya terletak kepada lingkungan masyarakat yang belum sadar akan
pentingnya penghijauan. “Dalam istilah Sunda dikenal leuweung ruksak, cai
beak, ra’yat balangsak (hutan rusak, air habis/hilang, rakyat sengsara).
Jadi kondisi kritis ini akan menjadi sumber kesengsaraan jika dibiarkan,”
jelasnya.
Pembukaan ladang di atas tanah milik sekitar Gunung Geulis dan
eksplorasi penambangan Galian C turut memperparah kondisi yang ada. Oleh karena itu, lahan milik rakyat hendaknya
ditanami dengan pohon-pohon inti (tanaman keras) yang mampu menahan erosi dan
tanaman tumpangsari yang mempunyai nilai ekonomis sebagaimana yang dilakukan
pihak Perhutani, bukan dengan tanaman palawija yang sifatnya musiman dan tidak
menyerap air.
Usaha
penghijauan ini, lanjutnya, mendapat perhatian dan dukungan dari Perusahaan Dai
Nippon Printing Jepang yang menyerahkan hibah berupa bibit tanaman. “Bantuan
seperti ini akan terus ada selama kita bisa meyakinkan mereka dengan praktik
nyata di lapangan,” ujar Jendral yang lebih suka dipanggil Mang Ihin tersebut.
Diakui
Wakil Bupati, pada kenyataannya usaha untuk melihat kembali geulisna Gunung
Geulis belum mencapai hasil yang memuaskan. Apalagi melihat kondisi yang ada
sekarang, fungsi Gunung Geulis sebagai resapan air belum bisa diharapkan. Dampaknya sangat terasa ketika musim hujan,
banjir terjadi di wilayah Jatinangor dan Cimanggung bahkan dalam setahun terjadi
sampai 18 kali. Faktor utamanya adalah kondisi di Hulu, yakni Gunung Geulis dan
Gunung Manglayang.
“Oleh karena itu,”
lanjut Wabup, “diperlukan usaha serius agar Gunung Geulis bisa hijau kembali. Atas
nama Pemkab sumedang, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada LSM yang
telah terlibat dalam usaha ini, termasuk kepada pihak Dai Nippon printing yang
telah berkomitmen mambantu program ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar