Powered By Blogger

10 November 2012

IUP PT. Multi Marindo oleh Kab Sumedang bikin masalah


KAJIAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C  (BATU ANDESIT)

1.       USAHA PELESTARIAN LINGKungAN
Usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat akan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan telah dan terus berkelanjutan serta berkesinambungan. Dukungan dari berbagai pihakpun seperti lembaga atau insntasi pemerintah atau swasta, formal/informal, individu dan bahkan dunia terus dilancarkan. Seruan/ajakan yang sedang gencar terjadi tak henti-hentinya mengingatkan dan mengajak kita semua baik itu datang melalui media elektronik, media cetak, dan slogan untuk berpartisipasi aktif/progresif dalam mencintai dan melestarikan lingkungan hidup. Terbukti semakin banyaknya suatu wadah, LSM, organisasi/lembaga pecinta lingkungan / alam yang secara terus menerus mengembangkan, mengkampanyekan dan menumbuhkembangkan kesadaran kita betapa pentingnya alam/lingkungan bagi kelangsungan hidup umat manusia, berikut kegiatan, selogan atau wadah yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita, seperti :

1.       SAVE OUR NATION AND PLANET;
2.       DJARUM FOUNDATION;
3.       GO GREEN INDONESIA;
4.       GERAKAN MENANAM SEJUTA POHON;
5.       SATU RUMAH SATU POHON;
6.       Komunitas Peduli Lingkungan Perum Panorama Jatinangor “(KPLPJS)”
7.       The organized or voluntary enviromental movement (gerakan lingkungan yang terorganisir atau gerakan yang sukarela)
8.       Enviromental Devense Fund,
9.       The Institusional Enviromental Movement (gerakan lingkungan terlembaga )
10.    EPA - Enviromental Protection Agency Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
11.    Dinas Pertamanan Nasional ( National Park Service)
12.    di Indonesia adalah Kantor Meneg KLH,
13.    DEPHUT.
14.    Green Peace atau di Indonesia ada WALHI
15.    Jaringan Pelestarian Hutan “SKEPHI”.
16.    Komponen kedua, The public enviromental movement (gerakan lingkungan publik )
17.    PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP masuk dalam kurikulum sekolah
18.    Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA),
19.    AKAR (Aliansi Konservasi Alam Rakyat), dll
Sebuah peringatan kepada kemanusiaan yang diterbitkan oleh 1.575 ilmuwan dari enam puluh sembilan negara yan mengikuti Konverensi Rio tahun 1992 perlu kita ketahui sebagai sebuah awal penyadaran untuk lingkungan hidup ini. “Peringatan ” berisi bahwa umat manusia dan alam berada pada arah yang bertabrakan. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan dan sumber daya yang sangat penting yang seringkali tidak dapat di pulihkan. Jika tidak dikaji, banyak dari kegiatan kita sekarang yang ini menempatkan masa depan pada keadaan yang sangat beresiko, sehingga kita menghadapi realitas masyarakat manusia dan alam tumbuhan dan hewan dan mungkin juga dunia tempat kita hidup ini berubah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan menurut cara yang kita kenal. Perubahan fundamental adalah urgen jika kita ingin menghindarkan benturan dalam arah perjalanan kita yang sekarang ini terjadi. (”World scientist Warning to Humanity“),
Perubahan paradigma dalam tubuh pencinta alam bukan sebuah kemustahilan untuk berubah dan seimbang dengan kegiatan kegiatan alam terbuka yang biasa di gelutinya. Tidak menutup kemungkinan sebuah gerakan radikal untuk masalah kesadaran lingkungan terwujud dalam satu koridor gerakan lingkungan karena masalah lingkungan adalah masalah bersama yang membutuhkan kerjasama dari setiap stake holder pelaku, pemerhati dan aktivis yang bergerak atas nama lingkungan. Kekayaan negeri yang mestinya cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh bangsa, kini hancur oleh tangan-tangan yang rakus dan serakah terhadap alam. Hutan-hutan dirambah habis oleh mesin pemotong kayu milik para “cukong”. Perut bumi dikeruk, penambangan liar terjadi dan dijual kepada para pemodal asing. Hasilnya bukan untuk rakyat, tetapi untuk memperkaya dirinya sendiri dan golongannya. Penambangan galian C memang relatif mengalami kerusakan lingkungan ekologis yang cukup signifikan.


2. Penambangan Rusak  Perumahan  dan  Kawasan Gunung Geulis
Lingkungan hidup di kawasan Gunung Geulis di wilayah Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, kini semakin memprihatinkan. Tak mengherankan jika Yayasan AKAR (Aliansi Konservasi Alam Rakyat) memprakarsai penanaman 5000 batang pohon. Prakarsa Yayasan AKAR ini mendapat dukungan dari Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah dan Huliman Abdul Gofur, Anggota Fraksi Partai Golkar DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat) Kabupaten Sumedang, Minggu (9/11). Penanaman 5000 pohon tersebut dipimpin Taufiq Gunawansyah yang dipusatkan di kawasan hutan Gunung Geulis Blok Cinanjung di Desa Cinanjung dan Desa Jatiroke, Kecamatan Tanjungsari. Kegiatan tersebut dihadiri H Eka Setiawan, Kepala Dinas Kehutanan, Sumber Daya Mnineral dan Energi (Dishut SDME), pejabat Perhutani KPH Sumedang, Asper Manglayang Timur, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Tanjungsari dan didukung 500 warga Perumahan Panorama serta Karang Taruna Desa Cinanjung dan Bandung Karate Club (BKC). Wakil Bupati Taufiq Gunawansyah menyebutkan, latar belakang dilaksanakannya kegiatan penanaman 5000 pohon tadi, karena keprihatinan warga atas kerusakan kawasan hutan di sekitar Gunung Geulis.
"Padahal Gunung Geulis ini merupakan salah satu daerah resapan air untuk kawasan di KecamatanTanjungsari, Jatinangor dan Cimanggung, yang tentunya perlu dipelihara dan dilestarikan," katanya. Menurut dia, guna mengatasi masalah kerusakan lingkungan disana diperlukan adanya kebersamaan dari berbagai pihak untuk berupaya memelihara dan melestarikan Gunung Geulis. Acara penanaman yang dimulai pukul 09.00 diawali oleh Wabup Taufiq Gunawansyah, Huliman Abdul Gofur, dan segenap warga Perumahan Panorama. Sementara itu, Huliman yang juga warga Perumahan Panorama, menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan disana selain disebabkan faktor alam, juga karena di sekitar kaki Gunung Geulis terus dilakukan penambangan Galian C. Bahkan, lanjut Huliman Abdul Gofur  saat ini banyak dibangun perumahan-perumahan yang terus menembus ke kawasan Gunung Geulis. "Disinilah penjagaan dan pelestarian Gunung Geulis perlu mendapat perhatian serius dari pihak-pihak terkait termasuk segenap unsur masyarakat," tandasnya.
Sebagai komitmen dan bukti kepedulian pada lingkungan, LSM Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Aozora, dan  Aliansi Konservasi Alam Rakyat (AKAR) bekerja sama dengan Dai Nippon Printing Co. Ltd melaksanakan Gerakan Tanam 10.000 Pohon yang puncak acaranya bertempat di Gunung Geulis Desa Cinanjung Kecamatan Tanjungsari, Minggu (26/12). Kegiatan yang bertemakan “Gunung Geulis Go Green to Save Our Planet” tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah yang didampingi Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumedang. Selain itu, hadir pula Atase Kedutaan Besar Jepang Divisi Kehutanan,  perwakilan dari Perguruan Tinggi se-Jatinangor, Muspika Tanjungsari, serta tokoh masyarakat baik dari unsur akademik, keagamaan, seni budaya, dan olah raga.
Sesepuh DPKLTS Letjen Purn. Solihin GP dalam sambutannya berharap semoga berkumpulnya seluruh komponen masyarakat pada kegiatan penanaman pohon ini dapat memberikan manfaat sebagai bentuk amal nyata demi  Gunung Geulis yang kondisinya sangat kritis. Menurutnya, walaupun sudah beberapa kali dilakukan usaha menghijaukan kembali Gunung Geulis, namun hasilnya selalu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalahnya terletak kepada lingkungan masyarakat yang belum sadar akan pentingnya penghijauan. “Dalam istilah Sunda dikenal leuweung ruksak, cai beak, ra’yat balangsak (hutan rusak, air habis/hilang, rakyat sengsara). Jadi kondisi kritis ini akan menjadi sumber kesengsaraan jika dibiarkan,” jelasnya.

Pembukaan ladang di atas tanah milik sekitar Gunung Geulis dan eksplorasi penambangan Galian C turut memperparah kondisi yang ada. Oleh karena itu, lahan milik rakyat hendaknya ditanami dengan pohon-pohon inti (tanaman keras) yang mampu menahan erosi dan tanaman tumpangsari yang mempunyai nilai ekonomis sebagaimana yang dilakukan pihak Perhutani, bukan dengan tanaman palawija yang sifatnya musiman dan tidak menyerap air.
Usaha penghijauan ini, lanjutnya, mendapat perhatian dan dukungan dari Perusahaan Dai Nippon Printing Jepang yang menyerahkan hibah berupa bibit tanaman. “Bantuan seperti ini akan terus ada selama kita bisa meyakinkan mereka dengan praktik nyata di lapangan,” ujar Jendral yang lebih suka dipanggil Mang Ihin tersebut.
Diakui Wakil Bupati, pada kenyataannya usaha untuk melihat kembali geulisna Gunung Geulis belum mencapai hasil yang memuaskan. Apalagi melihat kondisi yang ada sekarang, fungsi Gunung Geulis sebagai resapan air belum bisa diharapkan.  Dampaknya sangat terasa ketika musim hujan, banjir terjadi di wilayah Jatinangor dan Cimanggung bahkan dalam setahun terjadi sampai 18 kali. Faktor utamanya adalah kondisi di Hulu, yakni Gunung Geulis dan Gunung Manglayang.
Oleh karena itu,” lanjut Wabup, “diperlukan usaha serius agar Gunung Geulis bisa hijau kembali. Atas nama Pemkab sumedang, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada LSM yang telah terlibat dalam usaha ini, termasuk kepada pihak Dai Nippon printing yang telah berkomitmen mambantu program ini.”

Tidak ada komentar: